Ekstrem Kanan Sebuah Fenomena Neo Khawarij
Ekstrem Kanan Sebuah Fenomena Neo Khawarij – Sebuah kelompok kajian yang selalu mengklaim paling Sunnah, memberikan materi ta’limnya dalam sebuah kajian tentang politik penuh dengan kebencian, buruk sangka dan bicara tanpa dalil, fakta dan data, karena emosi yang tidak terkendali.
Ketika menuduh kelompok lain penuh dengan pembodohan, kebencian, jauh dari fakta dan data, kemudian tidak bisa membedakan mana yang general dan mana yang kasus, semua dipukul rata. Akibatnya merasa punya kapling di surga dan hanya kelompoknya yang punya kunci pintu surganya, semua kelompok lain dianggap neraka, dengan hujatan dan caci maki yang sangat melampaui batas.
Semua Politikus Ambisi Kekuasaan.???
Persis seperti kelompok Syi’ah, menuduh para shahabat yang berkumpul di Tsaqifah bani Sa’idah sebagai orang yang berambisi dan rakus jabatan. Menurut kelompok Sunnah itu semua yang berkiprah dibidang poltik dipukul rata adalah orang yang rakus dan ambisi jabatan. Sudah mensejajarkan dirinya dengan Allah SWT yang tahu setiap hati orang, jadi seolah olah dia tahu bahwa tidak ada satupun politikus yang punya niat baik.
Nafsu dan kebencian yang sedemikian rupa sampai lupa menghakimi hati orang yang harusnya hanya Allah SWT saja yang tahu niat dari masing masing seseorang. Kemaksiatan yang begitu besar, masif, masal dan sistematik, dibeking oleh kekuatan gelobal tidak dilihatnya. Tetapi hati orang seolah-olah bisa diterawangnya.
Politik itu Hina, Kotor dan Najis ..???
Berulang ulang diucapkan bahwa politik itu urusan dunia yang terlalu kecil dan sangat hina, sehingga semua orang yang memperebutkan politik adalah orang yang paling hina didunia ini. Orang yang paling bersih adalah orang yang hadir dimajelis kajian islam kelompoknya terus mengamalkan sunnah sunnahnya.
Hal ini persis seperti orang yahudi yang menuduh Rasulullah SWT orang yang tidak pantas jadi Nabi dan Rasul, karena berjalan jalan di pasar, karena pasar tempatnya setan, banyak penipu dan yang berbuat curang dalam timbang menimbang. Sebagaimana Allah SWT lukiskan ejakan orang yahudi kepada Nabi Muhammad SWT dalam surah Al-Furqan ayat 7 :
“ Mengapa Rasul ini memakan makanan dan jalan di pasar pasar ….”
Mengeneralisir semua aktifitas dipasar itu kotor dan semua orang yang masuk didalamnya hina, sama dengan dengan menggenalisir politik. Kemudian mata hatinya buta akan fakta dan data tentang kemaslahat yang begitu banyak ada didalamnya. Karena mengukur mashlahat mudharat menggunakan Ijtihad Pribadi bukan berdasarkan Ijtihad kolektif (Ijma). Sehinngga penuh dengan tuduhan dan tidak melihat kemashlahatan yang begitu banyak. Sebaliknya dia mampu melihat hati seseorang, sehingga memvonis bahwa semua yang terlibat aktifitas politik adalah orang yang rakus dan ambisi jabatan.
Penafsiran Hizbiyah seenak perutnya…
Secara bahasa memang Hizb bisa diartikan partai, otomatis anggota dan pengikut partai bisa disebut Hizbiyyah. Sementara jika Hizbiyyah artikan lebih luas yang dalam Al-Qur’an adalah golongan atau kelompok. Dan yang dilarang dalam dalam surah Ar-Ruum ayat 32 adalah merasa bangga atau fanatik terhadap golongannya.
Allah SWT berfirman :
“ Orang-orang yang memecah belah agama, dan mereka menjadi beberapa golongan, setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongannya. “
(Surah ArRuum, ayat 32 )
Apa salahnya seseorang yang mau berdakwah masuk digedung parlemen, di pasar, di tempat pelacuran, di cafe cafe, di Lembaga Pemasyarakatan dan lain lain, mereka mau bergaul, tidak merasa dirinya lebih pintar, lebih suci. Sementara aturan yang berlaku baik resmi atau konvensional mengharuskan kita memakai payung hukum berupa lembaga atau oraganisasi untuk bisa diterima ditempat tempat tersebut.
Jadi lembaga tempat bernaungnya para da’i bukan untuk jadi sesuatu kebanggaan, apalagi tujuan, tetapi sekedar payung hukum agar dakwahnya bisa diterima. Buktinya mereka tidak ada yang merasa lebih dari orang lain, sehingga mudah bergaul dengan siapa saja, dimana saja, kapan saja.
Sebaliknya orang yang katanya Anti Hizbiyah, kajian pertamanya tentang “ Bab Ilmu “ padahal isinya mejelek jelaknya kelompok lain karena didalam thema tersebut ada syarat orang yang boleh memberi kajian hanyalah orang dari kelompok mereka, sementara yang lainnya ahlul bid’ah yang harus disingkirkan. Inilah yang namanya maling teriak maling.
Hari hari kajiannya penuh caci maki terhadap orang yang sudah taubat, sholat zakat, padahal maksiat yang begitu besar, masal, masif, dan sistematik didukung oleh para penjajah asing, sedikit sekali mendapat porsi pembahasan kajiannya. padahal Allah SWT berfirman :
“ Jika mereka sudah bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka mereka itulah saudaramu seagama….” ( Surah At-Taubah ayat : 11 )
Ketika buku Ustadz Abdus Somad terbit yang judulnya “37 masalah agama” seketika dalam waktu singkat muncul bantahan bantahannya. Sementara ada puluhan cabang ilmu tentang bagaimana “memberantas mafia narkoba “ puluhan cabang ilmu tentang : “ bagaimana memberantas para perampok kekayaan negeri ini “, dan sebagainya, hampir tidak pernah ada yang membahas atau menulis.. ???
Mencela Pemimpin atau Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Entah sengaja tidak mau melihat fakta atau memang hatinya yang sudah berkarat, lagi lagi mengeneralisr setiap kegaduhan publik selalu diartikan mencela pemimpin..?
Mencela itu biasanya diartikan menyebut nama, kemudian menyebut sifat sifat negatif bawaan sejak lahirnya baik fisik maupun mentalnya, hal ini jelas terlarang, haram hukumnya.
Sementara kemaksiatan yang begitu jelas, gamblang, nenggel, menabrak nash nash yang Qath’i dan ke Qath’i annya sudah muttafaqun ‘alaih, itu harus dicegah. Hukumnya wajib mencegah kemungkaran, dan akan menjadi terlaknat jika tidak mau mecegahnya, sebagaimana Allah SWT pernah melaknat bani Israil, karena mereka diam ketika melihat kemungkaran berada dihadapannya. Sebagaimana firman Allah SWT :
“ Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu”. ( surah al-Maidah ayat : 78 -79 )
Bahkan ketika kemungkaran itu sudah terang-terangan dilakukan, dengan rasa bangga, kemudian menyuruh rakyatnya untuk mengikutinya, maka Allah SWT pun menyebut nama Fir’aun, Abu Lahab bahkan diabadikan menjadi surah Al-Lahab.
Marilah kita buka mata hati kita untuk tidak selalu mengeneralisir sesuatu. Memang ada orang yang suka mencela dan kita terus mengingatkan agar berhenti mencela siapapun. Tetapi mencegah kemungkaran itu wajib hukumnya. Dan Sunnatullah nya pasti banyak yang tidak suka jika hawa nafsunya dilarang. Sehingga pasti akan menimbulkan kegaduhan publik. Jadi kegaduhan jangan diartikan sebuah kemudharatan.
Menganggap amal siyasi sebagai perbuatan sia sia
Sedemikian rupa mencela dan memvonis bahwa semua politikus adalah orang yang sedang mencari dunia, berupa kedudukan dan jabatan, semantara dunia itu sangat hina dan sangat kecil dibanding akhirat. Sehingga harus dijauhkan dunia politik dari kelompok mereka. Menganggap semua orang yang terlibat dalam politik orang yang sangat hina, dan melakukan aktifitas yang sia sia.
Mungkin penulis akan ditertawakan jika mengambil Contoh 35 Kemaslahatan yang telah dihasilkan oleh Erdogan di Turki. Penyakit sombong yang sudah terjangkit akan sulit menerima kelibihan orang lain. Penyakit hasad yang sudah berurata berakar akan membenci siapa saja yang punya kelebihan.
Mari kita belajar bagaimana Allah SWT menghargai perbuatan pelacur wanita yang memberi minum Anjing yang sedang kehausan ( HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244). Bagaimana Allah SWT memberi penghargaan upaya pengembaraan pereman yang sudah membunuh 100 orang, dalam pencarian lingkungan yang baik ( Imam Bukhari dalam Fathul Bari, 6/373.Imam Muslim dalam Syarah Imam Nawawi, Kitabut Taubah, juz 17 hal. 82.) Bagaimana Allah menghargai amal seseorang walau hanya sebesar sebuat biji
Allah SWT berfirman :
“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. {Q.s. Al-Zalzalah: 7-8}
Kesombongan adalah Sifat Iblis
Ada kalimat bahwa aktifis dakwah memang tidak punya pekerjaan lain kecuali memang itu, dan kemampuannya hanya itu doang. Merupakan ungkapan sifat sombong yang kemudian diwariskan kepada pengikut pengikutnya. Sehingga wajar saja jika wajah dan gestur tubuh mereka terlihat orang-orang yang menempatkan dirinya menjadi orang orang yang mempunya kelas yang lebih tinggi dari kelompok kelompok lain, serta menganggap rendah kelompok lain.
Hizbiyah yang sesungguhnya adalah kalimat Iblis dalam surar Al’Araaf ayat 12 :
“ Ana Khairam Minhu : Saya lebih baik dari dia (Nabi Adam)”
Jika diartikan lebih luas bisa “ Kelompok saya, golongan saya, manhaj saya, lebih baik dari mereka ” sehingga ada ciri yang paling menonjol yaitu :
- Mudah sekali menuduh, menjudge orang-orang diluar kelompoknya.
- Aktifitas yang dilakukan diluar kelompoknya dianggap tidak ada satupun yang bermanfaat, apalagi aktifitas politik .
- Terjadi mental block yang sangat sulit menerima masukan dari kelompok lain.
- Apa saja yang difatwakan dan dilaksanakan diluar kelompoknya sudah pasti salah.
- Bergaul dengan semua kelompok dan semua jenis manusia dengan niat ingin berdakwah akan dianggap talbisul haq bil bathil. (mencampur adukan antara yang hak dan bathil )
- Talbisul haq bil Bathil lebih berbahaya dari kebathilan itu sendiri sehingga mereka lebih membenci orang yang sudah masuk masjid dari pada gembong norkoba.
Manhaj Warung Kopi
Kemampuannya dalam menafsirkan ayat dan hadits mereka, kita akui paling baik. Kita pun menerima ketika menafsirkan nash nash itu difahami sebagai nilai nilai normatif yang harus kita laksankan.
Akan tetapi ketika Nash nash itu dikonfirmasi kedalam subuah kejadian atau peristiwa faktual inilah yang menjadi masalah. Sebab peristiwa faktual itu membutuhkan data yang lengakap yang terus berkembang, sehingga juga membutuhkan ke shahihan (validitas) bukan hanya Al-Quran dan Sunnah saja yang harus kita pastikan keshahihanya. Supaya kita tidak mudah menuduh kelompok lain.
Nash dalam Al-Qur’an dan Hadits tidak akan mungkin bertambah sampai kiamat, akan tetapi data dan fakta akan terus berkembang. Jadi jangan merasa dirinya paling tahu jika sudah bicara fakta dan data, apalagi memvonis hati seseorang. Kita sangat mengakui kefahaman mereka terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnahnya, tapi jangan kemudian juga merasa paling tahu tentang fakta dan data sebagai alat konfirmasi yang bisa menjudge seseorang. Itulah yang menyebabkan seseorang mudah menuduh, memvonis serta memonopoli kebenaran. Menempatkan Teks bukan pada konteksnya.
Tidak Mengeneralisir
Penulis juga tidak ingin ikut ikutan mengeneralisir semua kelompok Sunnah sebagai orang yang suka mencaci maki. Masih banyak diantara mereka yang baik baik. Penulispun banyak bergaul dengan kelompok mereka yang baik baik, bahkan membuat banyak program bersama. Sementara yang menjadi kekhawatiran penuliis adalah jika kelompok yang ekstrem itu berbicara di posting di Medsos, merupakan makanan bergizi yang gratis untuk mereka yang tidak suka Ummat ini bersatu. Padahal persatuan ummat ini sangat dibutuhkan untuk keselamatan NKRI.
Alangkah indahnya para da’i yang beramar makruf nahi mungkar tidak mencela siapapun, sementara para da’i yang dalam kelompok Sunnah tidak mencaci maki sesama da’i. Kita sepakat kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan satu satunya jalan menuju persatuan. Tetapi tafsir tunggal terhadap konteks ayat merupakan jalan kehancuran, karena itu adalah jalannya para ahbar dan ruhban ( Surah At-Taubah 31). Penafsiran itu dianggap sahih jika berasal dari kelompoknya, tidak boleh ada penafsiran dari kelompok lain… maka sampai kiamatpun ummat ini akan sulit bersatu.
( Wallahu ‘Alam bis Showaab )
Abdullah Muadz
Leave a Reply